UNIKNYA SYESTEMA
Rabu, 30 Maret 2011
TENTANG SYESTEMA
UNIKNYA SYESTEMA
PENGETAHUAN TENTANG KATA KYOKUSHIN
STORY BEHIND KYOKUSHIN KATA - part 1
KATA pada aliran Kyokushin sebagian besar bersumber dari aliran Shotokan maupun Goju Ryu dan dapat dikategorikan sebagai Kata Utara (Northern Kata) dan Kata Selatan (Southern Kata) menurut asal mula Kata tersebut.
Kata Utara dikembangkan oleh Master Oyama saat beliau berlatih dibawah Master Gichin Funakoshi pada Shotokan Karate. Diturunkan dari Chinese Kempo Utara dan Shorin Ryu (karate aliran Okinawa yg bersumber dari Chinese Shaolin Kempo). Kata Utara menggunakan sikap berdiri yang lebar dan kuat dan pukulan, tangkisan yang kuat, meliputi : Taikyoku, Pinan, Yantsu, Tsuki No Kata, Kanku, Sushiho.
Kata Selatan dikembangkan oleh Master Oyama saat mempelajari aliran karate Okinawa Goju Ryu dibawah bimbingan Mr. So Nei Chu (guru dan sahabatnya, orang yg paling dekat dengan Master Oyama) diturunkan dari Chinese Kempo Selatan. Gerakan2nya lebih melingkar dan semarak (flamboyan) dibandingkan Kata Utara. Meliputi : Sanchin, Gekisai Dai & Gekisai Sho, Tensho, Saifa/Saiha, Seienchin, Garyu, Seipai.
Taikyoku
Secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai ‚akhir yang terbesar’ (grand ultimate). Dapat diartikan sebagai melihat keseluruhan lebih dari sekedar memfokuskan pada bagian2 tertentu dan tetap terbuka untuk masukan. Kata Taikyoku dikembangkan oleh Master Gichin Funakoshi sebagai sebuah cara menyederhanakan prinsip2 yang sebetulnya sudah disederhanakan dalam Pinan. Pola gerakannya sama dengan Pinan Sono Ichi dengan pola berbentuk huruf besar I. Kata ini biasanya diberikan sebagai persiapan sebelum mempelajari Kata yg lebih advance.
Pinan
Adalah cara pengucapan orang Okinawa untuk kedamaian dan ketenangan (dalam Japanese diucapkan Heian). Meskipun gerakan2 fisik dalam kata meliputi teknik2 dalam perkelahian, tujuan dari Kata adalah untuk mengembangkan sikap dan pikiran yang tenang dan damai dan harmoni antara mind dan body (pikiran dan raga). Pinan disusun pada tahun 1907 oleh Sensei Anko Itosu di Okinawa pada usia 77 tahun dan ditujukan untuk mengajarkan dasar-dasar karate pada Sekolah Olahraga di Okinawa.
Sanchin
Kata Sanchin diperkirakan berasal Selatan China (Fujian) dan dapat dianggap sebagai Kata inti dari beberapa aliran karate seperti Goju Ryu, Uechi Ryu dan Kyokushin Karate. Arti dari Sanchin adalah Tiga pertempuran (Three Battles) yang kadangkala diartikan sebagai pertempuran untuk menyatukan mind, body dan spirit. (pikiran, jiwa dan raga).
Versi dari Sanchin yang akhirnya banyak digunakan oleh banyak aliran Karate dikembangkan oleh pendiri Goju Ryu, Chojun Miyagi. Menggunakan banyak “dorongan” kepalan tangan yg sangat kuat dan keras.
Hanya satu sikap berdiri yang dipergunakan dalam kata ini (Sanchin Dachi). Sanchin Dachi adalah sikap berdiri yang sangat praktis namun sangat sukar untuk dikuasai dengan sempurna. Kaki melindungi tubuh dari tendangan sapuan, posisi paha memerangkap tendangan bawah.
Bila dilakukan dengan benar, kata Sanchin mengikuti sisi ‚keras’ (hard) dari karate, dimana semua otot haruslah ditegangkan dan dikeraskan melalui kata ini. Sebenarnya kata ini bisa dibilang yang terberat. Latihan kekuatan seperti ini dimengerti oleh ilmu modern sebagai ‚isometric training’.
Dalam latihan versi China, kata Sanchin mengenalkan para murid pada penggunaan dari Chi (Japanese : ki) baik untuk latihan maupun perkelahian.
Tensho
Kata Tensho (Putaran Telapak Tangan) ke dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘revolving hands’, ‘rotating palms’, ‘turning palms’, berasal dari aliran Goju Ryu Karate. Tensho adalah salah satu dari 3 kata dasar (fundamental) selain Sanchin dan Naihanchi. Tensho menekankan sisi lembut (soft) dari karate, meliputi gerakan2 yang mengalir dan kontinu. Menggabungkan tekanan dinamis yang berat dengan pernafasan yang dalam dan pergerakan tangan yang mengalir lembut.
Tensho, bersama dengan Kata yg lebih „berat“ Sanchin, dikembangkan oleh pendiri aliran Goju Ryu, Chogun Miyagi diambil dari bentuk2 gerakan Kungfu Selatan China. Tensho diciptakan pada tahun 1921 sebagai „softer sanchin“.
Yansu
Dari karakter Yan berarti Safe dan Su berarti Three (tiga), diartikan sebagai „Safe Three“, atau „To maintain Purity“,”8th light”). Safe Three konon adalah nama dari seorang atase militer China di Okinawa pada abad 19. Kadang2 diterjemahkan sebagai To maintain Purity, diartikan berjuang untuk menjaga kemurnian dari prinsip2 dan cita2. lebih dari sekedar hanya berkompromi untuk kebijaksanaan. Kata ini diyakini dikembangkan oleh sang Pendiri Kyokushin Karate, Master Oyama dan hanya ditemukan pada aliran karate Kyokushin dan pada beberapa perguruan Chinese Kempo dimana kemungkinan kata ini berasal.
Saifa/Saiha
“To Smash and Tear to Pieces”, Menghancurkan dan merobek sampai hancur berkeping. Saifa adalah yang pertama dari kata pertempuran klasik yang diajarkan di aliran Goju Ryu. Higaona Sensei belajar kata ini saat beliau belajar di China dari tahun 1863-1881. Melalui pengertian akan teknik gulat (grappling) dan pukulan (striking) pada kata ini, Saifa dapat diinterpretasikan sebagai menangkap dan menyobek urat daging dalam sebuah pertarungan jarak dekat. Secara filosofi Saifa dapat diartikan sebesar apapun sebuah problem, dengan kesabaran, ketekunan dan ketabahan, seseorang pasti dapat mengatasinya dan menghancurkannya hingga berkeping.
Garyu
Kata Garyu berarti „Naga berbaring“ (Reclining Dragon) diciptakan oleh Sosai Masutatsu Oyama.
Dalam filosofi Jepang, seorang Besar (Great man) yang tidak menonjolkan diri disebut Garyu. Seekor naga sangat kuat perkasa, tetapi seekor naga yg berbaring memutuskan untuk tidak menunjukkan kekuatannya sampai tiba saatnya diperlukan. Demikian pula, seorang karateka sejati tidak memamerkan kemampuannya. Dia tidak pernah lupa akan kebajikan dan kerendahan hati.
Gekisai (Dai/Sho)
Berarti ‚menguasai’ dan ‚menduduki’. (conquer and occupy). Nama ini diambil dari karakter Geki yang berarti menyerang/menguasai, dan Sai yang berarti benteng atau pertahanan. Kata ini mengajarkan kekuatan melalui aliran gerakan, mobilitas dan penggunaan macam2 teknik. Kata ini pertama diperkenalkan oleh Chojun Miyagi pendiri Goju Ryu pada kurikulum tahun 1940. Kata ini mencerminkan suasana periode saat diciptakan yaitu perang dunia II. Menyerang musuh dapat diartikan Tentara Amerika. Tangkisan Jodan Uke dan pukulan Jodan Tsuki, juga Jodan Maegeri yg digunakan merefleksikan perbedaan tinggi badan antara prajurit Amerika dan Okinawa.
Gekisai Sho awalnya disebut Gekisai Dai Ni dan Gekisai Dai disebut Gekisai Dai Ichi.
---dari berbagai sumbe
Senin, 28 Maret 2011
PENGETAHUAN BELADIRI
WAWASAN BELADIRI 1
Aikido (Bahasa Jepang: 合気道, aikidō) adalah salah satu seni beladiri asal Jepang yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei), yang banyak bagiannya berasal dari ilmu beladiri Daito Ryu Aiki-Jujutsu.[1] Daito Ryu Aiki-Jujutsu diciptakan pada era modernisasi Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an.
Pengajaran Aikido saat ini telah dapat ditemukan di seluruh belahan dunia dan dalam beberapa aliran, dengan penafsiran dan penekanan yang berbeda-beda atas ajaran Ueshiba. Namun, kesemuanya tetap mewarisi berbagi teknik yang sama, dan sebagian besar tetap mempertahankan keperdulian terhadap aspek keselamatan bagi pihak yang menyerang.
Sejarah
Morihei Ueshiba, penemu Aikido.
Aikido diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai ousensei 大先生、翁先生 ” guru besar”),[2] yang diformulasikannya sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an. Ueshiba menyusun dan mengembangkan Aikido dari berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama)[3] menjadi suatu seni beladiri yang unik.[1] Dojo pertama Aikido didirikan di Tokyo dan saat ini masih ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo.
Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai perpaduan seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal.[4] Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia. Ueshiba meninggal pada tanggal 26 April 1969 karena penyakit kanker,[5] namun Aikido tetap berkembang pesat setelah kematiannya.
Etimologi dan filsafat
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata “aikido” berasal dari tiga huruf kanji:
Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.[6] Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi “mengarahkan” serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan.
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan.[3] Sementara teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan. Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki, membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum Aikido dapat golongkan sebagai beladiri kuncian dan pergumulan (Inggris: grappling).[3]
Dalam Aikido ini juga tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, seperti beladiri-beladiri lainnya. Namun sistem kompetisinya lebih bersifat embukai (peragaan teknik).
Aikido juga mendapatkan pengaruh dari seni beladiri tradisional Jepang Kenjutsu[6] dan Jujutsu. Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah langkah kaki. Sedangkan pengaruh Jujutsu tampak dalam penggunaan teknik kuncian dan lemparan.
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang “teknik” (Inggris: style) yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya. Aliran Nisyo misalnya lebih menekankan style teknik-tekniknya kepada pedang (bokken) dan tongkat (jo). Sedangkan aliran Iwama[7] lebih menekankan teknik-tekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage).
Sistem tingkatan
tingkat | sabuk | warna | tipe |
---|---|---|---|
kyū | putih | mudansha | |
shodan | hitam | yūdansha |
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi Aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu (mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula dojo yang menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama.[6] Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
WAWASAN BELADIRI 2
Muay Thai atau Muai Thai (bahasa Thai: มวยไทย, IPA: [muɛ̄j tʰɑ̄j]) adalah seni bela diri keras dari Thailand. Muay Thai mirip dengan gaya seni bela diri lain dari Indocina, seperti pradal serey dari daerah Kamboja, Tomoi dari daerah Malaysia, lethwei dari daerah Myanmar dan Muay Lao dari daerah Laos. Muay Thai adalah olahraga nasional Thailand dan turunan dari bela diri kuna Muay Boran.
Etimologi
Kata Muay berasal dari bahasa Sansekerta “mavya” (“tinju bela diri“) dan Thai berasal dari kata “Tai” (“suku Thai“). Muay Thai disebut sebagai “Seni Delapan Tungkai” atau “Ilmu Delapan Tungkai” karena tehniknya sangat sarat menggunakan pukulan, tendangan, siku dan serangan lutut, sehingga penggunaan delapan “titik kontak”, yang berbeda dengan tehnik “dua poin” (tinju) di tinju gaya Barat dan “empat poin” (tangan dan kaki) yang digunakan dalam seni bela diri yang berorientasi olahraga. Seorang praktisi Muay Thai dikenal sebagai nak Muay , sedangkan praktisi Barat, kulit putih atau non-Asia Tenggara kadang-kadang disebut nak Muay farang, yang berarti “petinju asing”.
Asal-usul
Berbagai bentuk kickboxing telah lama dipraktekkan di seluruh daratan Asia Tenggara. Berdasarkan kombinasi dari Cina dan seni bela diri India, [1] praktisi Muay Thai mengklaim bahwa Muay Thai telah ada selama dua ribu tahun. Di Thailand, Muay Thai berevolusi dari Muay Boran (“tinju kuno”), sebuah metode pertempuran tangan kosong yang mungkin telah digunakan oleh tentara bangsa Siam setelah kehilangan senjata mereka di pertempuran. Beberapa juga percaya bahwa militer bangsa Siam kuno menciptakan Muay Thai dari seni berbasis senjata Krabi krabong tetapi yang lain berpendapat bahwa keduanya dikembangkan bersamaan satu sama lain. Krabi Krabong tetap merupakan pengaruh penting pada Muay Thai seperti dapat dilihat pada beberapa teknik tendangan, pitingan dan gerakan-gerakan dalam wai khru yang memiliki asal-usul mereka dalam pertempuran bersenjata.
Muay Boran, dan setelah itu Muay Thai, awalnya disebut “dhoi muay” atau hanya “Muay“. Selain digunakan sebagai teknik pertempuran praktis untuk digunakan dalam perang yang sebenarnya, “Muay” kemudian menjadi sebuah olahraga di mana dua lawan bertempur di depan penonton yang pergi untuk melihat hiburan. Kontes “Muay” ini berangsur-angsur menjadi bagian integral dari perayaan festival lokal negeri Siam, khususnya yang diadakan di kuil persembahyangan Hindu-Buddha. “Muay” bahkan digunakan sebagai hiburan bagi raja-raja Siam. Akhirnya, para petarung yang sebelumnya bertelanjang tangan mulai mengenakan tali rami panjang di sekitar tangan dan lengan. Jenis pertandingan pertunjukan ini disebut muay kaad cheuk (Aksara Thai: มวยคาดเชือก).
“Muay” secara bertahap kemudian menjadi cara yang mungkin untuk mencapai kemajuan hidup pribadi, karena para bangsawan semakin menghormati para praktisi seni “Muay” yang terampil dan mengundang petarung yang terpilih untuk datang dan tinggal di istana kerajaan untuk mengajarkan “Muay” kepada staf rumah tangga kerajaan, prajurit, pangeran atau pengawal pribadi sang raja.[rujukan?] “Muay kerajaan” ini disebut muay luang (มวยหลวง). Beberapa waktu dalam periode Kerajaan Ayutthaya, satu peleton pengawal kerajaan didirikan, yang tugasnya adalah untuk melindungi raja dan negara. Mereka dikenal sebagai “Grom Nak Muay” (Resimen Petarung Muay). Tradisi “Muay” sebagai pelindung kerajaan ini berlanjut sampai masa pemerintahan dari Raja Rama V (1868 – 1910) dan Rama VII (1925 – 1935).
[sunting] Teknik bertarung
Petarung melakukan ritual Wai Khru Ram Muay sebelum pertandingan Muay Thai.
Teknik formal Muay Thai dibagi menjadi dua kelompok: “Mae Mai” atau “teknik utama” dan “Luk Mai” atau “teknik minor”. Muay Thai sering merupakan seni tempur kontak penuh, dimana lawan saling bertukaran pukulan dengan satu sama lain. Hal ini tentunya adalah berdasar penataan gaya tradisional di Thailand, tapi merupakan suatu bentuk bela diri yang kurang populer dalam sirkuit dunia bela diri kontemporer di mana gaya bertukar pukulan dengan pukulan ala Thai dianggap tidak lagi menguntungkan. Hampir semua teknik dalam Muay Thai menggunakan gerakan seluruh tubuh, memutar pinggul dengan setiap tendangan, pukulan, siku dan tangkisan.
Pukulan (Chok)
Istilah | Indonesia | Thai | Transliterasi | IPA |
---|---|---|---|---|
Jab | Pukulan pendek | หมัดตรง | Mud Trong | mɑd troŋ |
Hook | Pukulan belok | หมัดเหวี่ยงสั้น | Mud Wiang San | mɑd wɪɑŋ sɑn |
Swing | Pukulan ayun | หมัดเหวี่ยงยาว | Mud Wiang Yao | mɑd wɪɑŋ jɑːo |
Spinning Backfist | Pukulan ke belakang berputar | หมัดเหวี่ยงกลับ | Mud Wiang Glub | mɑd wɪɑŋ ɡlɑb |
Uppercut | Pukulan ke atas | หมัดเสย ( หมัดสอยดาว ) | Mud Seuy | mɑd sɣɪ |
Cobra | Pukulan kobra | กระโดดชก | Kra-dod Chok | ɡrɑ doːd tʃoɡ |
Teknik pukulan dalam Muay Thai awalnya cukup sederhana menjadi serangan menyilang dan panjang (atau malas) yang melingkar yang dilakukan dengan lengan lurus (tapi tidak terkunci) dan mendarat dengan tumit telapak tangan. Pengawinan-silang dengan tinju ala Barat dan seni bela diri Barat menjadikan adanya jarak pukulan tinju penuh gaya barat yang sekarang digunakan: jab, kanan lurus / silang, hook, pukulan ke atas, pukulan sodok dan pukulan pilin dan atas tangan, serta kepalan tangan dan pukulan ke belakang.
Sebagai taktik, meninju tubuh jarang digunakan dalam Muay Thai dibandingkan seni bela-diri menyerang yang lain untuk menghindari mengekspos kepala penyerang dan membalas serangan dari lutut atau siku. Untuk memanfaatkan jarak poin sasaran, sesuai dengan teori garis tengah, petarung bisa menggunakan gaya berdiri ala Barat atau Thai yang memungkinkan eksekusi serangan jarak panjang atau serangan jarak pendek secara efektif tanpa mengorbankan pertahanan.
Siku lengan (Tee sok)
Siku lengan dapat digunakan dalam beberapa cara sebagai senjata serangan: horisontal, diagonal-ke atas, diagonal-ke bawah, pukulan ke atas, ke bawah, ke belakang-berputar dan terbang. Dari sisi samping sikut dapat digunakan sebagai jurus penghabisan atau sebagai cara untuk memotong pelipis lawan sehingga darah bisa menghalangi pandangannya. Siku diagonal lebih cepat dari bentuk-bentuk serangan sikut lain, tetapi kurang kuat.
Istilah | Indonesia | Thai | Transliterasi | IPA |
---|---|---|---|---|
Elbow Slash | Bantingan siku | ศอกตี | Sok Tee | sɔ̀ːk tīː |
Horizontal Elbow | Siku horisontal | ศอกตัด | Sok Tud | sɔ̀ːk tàd̥ |
Uppercut Elbow | Siku ke atas | ศอกงัด | Sok Ngud | sɔ̀ːk ŋád̥ |
Forward Elbow Thrust | Dorongan siku ke depan | ศอก พุ่ง | Sok Poong | sɔ̀ːk pʰûŋ |
Reverse Horizontal Elbow | Siku horisontal ke belakang | ศอกเหวี่ยงกลับ | Sok Wiang Glub | sɔ̀ːk wìːaŋ klàb̥ |
Spinning Elbow | Siku berputar | ศอกกลับ | Sok Glub | sɔ̀ːk klàb̥ |
Elbow Chop | Pukulan-potong siku | ศอกสับ | Sok Sub | sɔ̀ːk sàb̥ |
Double Elbow Chop | Pukulan-potong ganda siku | ศอกกลับคู่ | Sok Glub Koo | |
Mid-Air Elbow Strike | Serangan udara sikut | กระโดดศอก | Gra-dode Sok |
Terdapat perbedaan yang jelas antara serangan siku tunggal dan serangan lanjutannya. Serangan siku tunggal adalah sebuah gerakan siku yang independen dari gerakan lainnya, sedangkan serangan siku lanjutan adalah serangan kedua dari lengan yang sama, menjadi hook atau pukulan lurus dengan serangan siku sebagai lanjutan. Serangan siku tersebut, dan serangan siku lainnya, digunakan ketika jarak antara petarung menjadi terlalu pendek dan ruang gerak terlalu kecil untuk melempar hook ke kepala lawan. Siku juga dapat digunakan sebagai tangkisan atau pertahanan yang sangat efektif terhadap, misalnya, serangan lutut-lompat, serangan lutut samping-tubuh, tendangan atau pukulan.
Tendangan (Tae)
Istilah | Indonesia | Thai | Transliterasi |
---|---|---|---|
Straight Kick | Tendangan lurus | เตะตรง | Tae Trong |
Roundhouse Kick | Tendangan putar | เตะตัด | Tae Tud |
Diagonal Kick | Tendangan diagonal | เตะเฉียง | Tae Chiang |
Half-Shin, Half-Knee Kick | Tendangan tulang-kering, Tendangan setengah lutut | เตะครึ่งแข้ง ครึ่งเข่า | Tae Krueng Kheng Krueng Kao |
Spinning Heel Kick | Tendangan tumit berputar | เตะ กลับหลัง | Tae Glub Lang |
Down Roundhouse Kick | Tendangan putar ke bawah | เตะกด | Tae Kod |
Axe Heel Kick | Tendangan tumit kapak | เตะ เข่า | Tae Khao |
Jump Kick | Tendangan loncat | กระโดดเตะ | Gra-dode Tae |
Step-Up Kick | Tendangan naik | เขยิบเตะ | KhaYiep Tae |
Dua tendangan yang paling umum di Muay Thai dikenal sebagai teep (harfiah “jab kaki”) dan teh chiang (menendang ke atas dalam bentuk segitiga memotong di bawah lengan dan rusuk) atau “tendangan sudut”. Tendangan sudut Muay Thai menggunakan gerakan rotasi dari seluruh tubuh dan telah banyak digunakan oleh praktisi seni bela diri lainnya. Hal ini terlihat serupa dengan tendangan putar karate, tetapi menghilangkan rotasi kaki bagian bawah dari lutut yang digunakan dalam seni bela diri menyerang seperti kebanyakan karate atau taekwondo karena seperti Kyokushin, Goju, dan Kenpo tendangan ini dilakukan dari suatu sikap melingkar, dengan kaki belakang hanya sedikit bergerak ke belakang, dibandingkan naluri bela diri tubuh bagian atas (tinju).
Gaya ini memiliki resiko tambahan di mana pangkal paha akan rentan pada setiap waktu yang berlawanan dengan prinsip Karate dan Tae Kwon Do secara umum kecuali untuk saat yang singkat setelah tendangan. Tendangan sudut mengumpulkan kekuatan sepenuhnya dari pergerakan rotasi tubuh, yaitu bagian pinggul. Diperkirakan banyak petarung menggunakan konter-rotasi dari lengan untuk meningkatkan kekuatan tendangan ini, tetapi dalam kenyataan kekuatan datang dari pinggul, dan lengan diletakkan dalam posisi tersebut untuk membebaskan serangan dari halangan.
Jika tendangan putar ini dicoba oleh lawan, petarung Muay Thai biasanya akan menangkis dengan tendangan tulang keringnya. Petarung Thai dilatih untuk selalu menangkis dan menyerang dengan tulang kering. Kaki berisi banyak tulang halus dan jauh lebih lemah. Seorang petarung mungkin malah akan menyakiti dirinya sendiri jika ia mencoba untuk menyerang dengan kakinya atau kura-kura kaki.
Muay Thai juga mencakup macam tendangan lain seperti tendangan samping dan tendangan ke-belakang berputar. Tendangan-tendangan ini hanya digunakan dalam serangan oleh beberapa petarung tertentu.
Dengkul / lutut (Tee kao) [2]
Istilah | Indonesia | Thai | Transliterasi |
---|---|---|---|
Straight Knee Strike | Serangan lutut lurus | เข่าตรง | Kao Trong |
Diagonal Knee Strike | Serangan lutut diagonal | เข่าเฉียง | Kao Chiang |
Curving Knee Strike | Serangan lutut melengkung | เข่าโค้ง | Kao Kong |
Horizontal Knee Strike | Serangan lutut horisontal | เข่าตัด | Kao Tud |
Knee Slap | Tepak lutut | เข่าตบ | Kao Tob |
Knee Bomb | Bom lutut | เข่ายาว | Kao Youwn |
Jumping Knee | Lutut lompat | เข่าลอย | Kao Loi |
Step-Up Knee Strike | Serangan lutut naik | เข่า เหยียบ | Kao Yiep |
- “Kao Dode” (Serangan lutut lompat) – petarung melompat dengan satu kaki dan menyerang dengan lutut kaki tersebut.
- “Kao Loi” (Serangan lutut terbang) – petarung mengambil langkah, melompat ke depan dan dari satu kaki menyerang dengan lutut kaki tersebut.
- “Kao Tone” (Serangan lutut lurus) – petarung hanya menyodor lutut ke depan tetapi tidak ke atas, kecuali ia memegang kepala lawan ke bawah dalam pitingan dan berniat untuk mendengkul ke atas, ke wajah lawan. Menurut salah satu sumber tertulis, teknik ini agak lebih baru dibanding “Kao Dode” atau “Kao Loi“.[rujukan?]
Seharusnya, ketika petarung Muay Thai tradisional bertarung dengan tangan terikat tali (bukan sarung tinju petarung modern), teknik khusus ini akan berpotensi untuk melukai dengan cara memotong dan menyilet oleh lawan waspada yang akan mem-blok atau menangkis dengan “sarung tangan-tali” yang bertepi tajam yang kadang-kadang dicelupkan ke dalam air untuk membuat tali lebih kuat. Hal ini juga berlaku untuk beberapa serangan lutut.
Dalam sebuah episode acara televisi Amerika Serikat Fight Science, seniman bela diri menggunakan tehnik tendangan paling kuat mereka pada boneka uji-kecelakaan untuk menguji kekuatan serangan mereka. Acara ini membandingkan kekuatan rusak tendangan-sisi karate, tendangan terbang ganda Cina, tendangan belakang berputar taekwondo dan serangan lutut Muay Thai yang dilakukan oleh juara Muay Thai Melchor Menor. Dalam hal kekuatan, tenaga, kerusakan dan depresi dada yang diakibatkan tendangan, serangan lutut Muay Thai mengakibatkan daya yang paling besar dari semua teknik tersebut.
Dorongan kaki (teep)
Dorongan-kaki atau secara harfiah “jab kaki” adalah salah satu teknik dalam Muay Thai. Hal ini terutama digunakan sebagai teknik defensif untuk mengendalikan jarak atau serangan tangkisan. Dorongan-kaki harus dilancarkan dengan cepat tetapi dengan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkan lawan dari keseimbangan.
Istilah | Indonesia | Thai | Transliterasi | IPA |
---|---|---|---|---|
Straight Foot-Thrust | Dorongan-kaki lurus | ถีบตรง | Teep Trong | tʰìːb̥ tròŋ |
Sideways Foot-Thrust | Dorongan-kaki menyamping | ถีบข้าง | Teep Kang | tʰìːb̥ kʰâːŋ |
Reverse Foot-Thrust | Dorongan-kaki balik | ถีบกลับหลัง | Teep Glub Lang | tʰìːb̥ klàb̥ làŋ |
Slapping Foot-Thrust | Dorongan-kaki cepat | ถีบตบ | Teep Tob | |
Jumping Foot-Thrust | Dorongan-kaki lompat | กระโดดถีบ | Gra-dode Teep | kràʔ dòːd̥ tʰìːb̥ |
Peraturan
Muay Thai dipraktekkan di berbagai negara dan terdapat peraturan yang berbeda-beda tergantung di negara mana pertarungan berlangsung dan di bawah peraturan organisasi apa pertandingan tersebut diatur. Berikut ini adalah pranala ke bagian aturan resmi dari Sports Authority of Thailand (Otoritas Olahraga Pemerintah Thailand).
Baguazhang adalah seni bela diri Cina yang mengambil prinsip dasar dari buku kuno I Ching.[1][2][3] Baguazhang adalah salah satu dari tiga ilmu bela diri Cina yang melatih organ dalam dahulu dengan melatih kekuatan kuda-kuda dan tidak melatih diri dengan kekerasan yang juga disebut Neijia (dua lainnya adalah Xingyi dan Taijiquan)[3][2] Orang Cina mengenal Taijiquan dengan kekuatan pinggangnya. Xingyi kekuatan tinjunya dan Baguazhang mahsyur dengan langkah kakinya.[4][5]
Baguazhang sendiri jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti (jurus) Telapak Delapan Penjuru (八 berarti delapan, 卦 berarti penjuru, dan 章 berarti telapak).[6] Seni bela diri ini memusatkan pada bagaimana cara melawan musuh dengan telapak terbuka dan perubahan, berbeda dengan seni bela diri umumnya yang menggunakan tinju dan tenaga yang besar.[3]
Sejarah
Jurus Baguazhang diciptakan oleh Dong Haichuan (董海川) yang lahir di Wei An, He Bei sekitar tahun 1831.[3][1] Sejak kecil ia berlatih ilmu bela diri lokal dan menjadi salah satu petarung yang disegani.[3] Pada umur 40 tahun ia melakukan perjalanan ke selatan dan menjadi anggota dari sekte Quan Zhen (全镇), bagian dari sekte Tao.[3] Anggota dari Tao sendiri biasa merapal mantra sambil berjalan melingkar untuk ketenangan dan konsentrasi.[3] Karena kehebatannya ia akhirnya ditunjuk sebagai instruktur dan punggawa istana oleh Kaisar saat itu.[1][7]
Dong Haichuan tadinya menyebut aliran bela dirinya dengan nama Zhuan Zhang (传章) yang berarti telapak yang berbalik atau memutar.[3] Ia kemudian menggabungkannya dengan teori Ba Gua (delapan penjuru) yang ada di buku I Ching[3] Dong Haichuan saat itu hanya menerima murid yang sudah mempunyai dasar ilmu bela diri.[3] Dari situ semua muridnya mengambil teknik dasar Dong Haichuan dan menggabungkannya dengan teknik bela diri yang sudah dikuasai.[3] Ini yang menyebabkan pecahnya liran Baguazhang menjadi beberapa bagian.[3]
Murid-murid Dong Haichuan yang akhirnya menjadi guru adalah Yin Fu (尹福), Cheng Tinghua (程廷华), Song Changrong (宋长荣), Liu Fengchun (刘凤春), Ma Weiqi (马维棋), Liu Baozhen(刘宝珍), Liang Zhenpu (梁振蒲).
Aliran Yin
Yin Fu adalah murid tertua Dong Haichuan dan belajar padanya selama kurang lebih 20 tahun.[3][1] Ia pun mewarisi jabatan gurunya di pemerintahan sampai akhir dinasti Qing.[3] Ia jugalah yang menguasai seluruh jurus dan falsafah Baguazhang di antara murid-murid Dong Haichuan.[3] Aliran bela dirinya sebelum belajar Baguazhang adalah Luo Han Quan, bela diri pukulan dari utara Cina.[3] Yin Fu adalah guru dari aliran Yin Baguazhang.[3]
Aliran ini memiliki teknik kombinasi pukulan yang cepat.[3] Bahkan dikatakan kalau semasa hidupnya Yin Fu bertarung seperti macan, bergerak masuk dan mendekati lawan dan seketika menjatuhkannya, sepeti gerakan macan.[3] Aliran ini fokus kepada gerakan yang meledak-ledak, gerakan kaki yang cepat.
Aliran Cheng
Aliran ini mengikuti murid Dong Haichuan yang bernama Cheng Tinghua.[3] Sebelumnya ia berlatih ilmu bela diri Shuai Jiao atau gulat Cina dalam bahasa Indonesia.[3] Ia memiliki banyak murid dan variasi gerakan.
Aliran ini mementingkan pergerakan yang halus dan mengalir dengan sedikit penggunaan tenaga.[3] Gerakan Cheng Tinghua dikatakan seperti naga yang menembus awan, dikatakan bahwa setiap kali ia memutar badannya, musuhnya akan terpelanting. Variasi populer dari aliran ini adalah Gao, Jiang dan Sun.
Aliran Liang
Aliran ini mengambil keturunan dari murid terakhir Dong Haichuan yaitu Liang Zhenpu.[3] Semasa berguru, Liang Zhenpu terkena banyak sekali pengaruh dari kakak-kakak seperguruannya.[3] Inilah yang akhirnya menjadi aliran yang sebenarnya adalah gabungan dari aliran Yin dan Cheng.
Aliran lainnya
Baguazhang masih memiliki banyak pecahan aliran.[3] Di antaranya Fu, Gao, Gong, Jiang, Liu, Shi, Sun dan Yin Yang.[3] Biarpun begitu semua aliran biasanya banyak mengambil dasar dari tiga aliran di atas.
Ciri khas
Yang membedakan Baguazhang dari ilmu bela diri umumnya adalah hampir tidak adanya kekuatan tekanan yang ada di jenis bela diri Waijia karena latihannya melatih tubuh bagian dalam.[4][5] Baguazhang juga menekankan pada gerakan memutar melingkar dengan mata dan tangan tertuju ke tengah lingkaran.[3] Pukulan-pukulan pada ilmu bela diri ini pun tidak boleh dengan menggunakan otot yang tegang.[3] Kelenturan, kesatuan tubuh dan pikiran menjadi kunci.[4][5]
Seorang petarung Baguazhang tidak berhadapan langsung dengan kekuatan lawan tapi mencari celah untuk kemudian memukul dan memaksimalkan tenaga yang ada.[3] Jika dilakukan dengan benar, musuh akhirnya akan terkepung oleh gerakan lincah Baguazhang dan kehilangan keseimbangan.[3] Dengan begitu musuh dapat dengan mudah dikalahkan dengan serangan-serangan yang berubah-ubah sesuai dengan keadaan.[3] Semua petarung dari ilmu bela diri lain mengemukakan bahwa sulit sekali menghadapi musuh yang selalu berubah-ubah dan memiliki gerakan cepat seperti Baguazhang.[3] Baguazhang sendiri memungkinkan petarung untuk bergerak bebas dan bahkan mengitari lawan dengan cepat.[3]
Baguazhang di Indonesia
Baguazhang sendiri adalah ilmu bela diri yang terhitung baru.[3] Adalah Agustinus Sufianto yang membawa ilmu bela diri ini ke Indonesia.[4][5] Agustinus sendiri mendirikan Perguruan Delapan Penjuru dan mengajar mahasiswa Baguazhang di sebuah universitas swasta di Jakarta.[4][5] Ia adalah keturunan kelima dari aliran Yin.
15 Shorinji Kempo
Kempo adalah nama generik untuk beberapa aliran Seni bela diri yang berasal dari Jepang dan banyak menggunakan permainan tangan. Jadi bukan nama satu aliran saja melainkan nama dari banyak aliran dan metode. Arti dari Kempo sendiri adalah beladiri dengan permainan tangan (didalam bahasa Mandarin disebut Quanfa).
Adapun beberapa aliran Kempo yang terkenal di Jepang dan negara-negara Barat adalah:
- Tenshin Koryu Kempo, seni beladiri yang sudah berusia ratusan tahun sejak sebelum zaman Tokugawa (Era Meiji). Guru besar terakhir dari aliran ini adalah Ueno Takashi. Beladiri Tenshin Koryu Kempo ini berasal dari kombinasi antara Jujutsu aliran Shinto Tenshin-ryu, teknik persenjataan dan tangan kosong Asayama Ichiden-ryu dan Shinto Muso-ryu dengan jurus Daken Taijutsu aliran Hontai Kijin Chosui-ryu Kukishinden Daken Taijutsu. Salah satu pewaris dari aliran ini adalah grandmaster Shoto Tanemura dari Genbukan Dojo
- Nihon Kempo, seni beladiri modern hasil ciptaan Master Masaru Sawayama. Beladiri yang unik dan merupakan kombinasi teknik pukul-tendang dari Karate dengan teknik bantingan dan pergumulan dari Judo dan Jujutsu. Sekarang sudah menjadi sebuah olahraga yang diminati di berbagai negara.
- Kosho-ryu Kempo, seni beladiri turun temurun dari keluarga Mitose. Grandmaster terakhir dari aliran ini adalah Masayoshi Mitose yang kemudian menurunkan ilmunya kepada murid-muridnya yang berkebangsaan Amerika. Sehingga aliran Kempo ini dikenal dengan nama American Kenpo Karate.
- Shorinji Kempo, seni beladiri berasal dari gabungan Indo Kempo (Ilmu Bela diri dari India) dan ilmu ketabiban Tiongkok kuno yang diciptakan oleh Bodhidharma/ Dharma Taishi/ Tatmo Cowsu seorang biksu Buddha untuk diberikan kepada calon bikhsu sebagai pendidikan keagamaan pada Zen Budhisme, pada tahun 550 M, disebarkan sesudah perang dunia ke 2 oleh So Doshin.
Taekwondo (juga dieja Tae Kwon Do, Taekwon-Do) adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olah raga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia[rujukan?] dan juga dipertandingkan di Olimpiade.
Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti “menendang atau menghancurkan dengan kaki”; Kwon berarti “tinju”; dan Do berarti “jalan” atau “seni”. Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai “seni tangan dan kaki” atau “jalan” atau “cara kaki dan kepalan”. Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.
Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).
Tiga materi dalam latihan
- Poomsae atau rangkaian jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea.
- Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.
- Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.
Filosofi sabuk pada Tae Kwon Do
- Putih melambangkan kesucian, awal/dasar dari semua warna, permulaan. Di sini para taekwondoin mempelajari jurus dasar (gibon) 1
- Kuning melambangkan bumi,disinilah mulai ditanamkan dasar-dasar TKD dengan kuat.Mempelajari gibon 2 dan 3. Sebelum naik sabuk hijau biasanya naik ke sabuk kuning strip hijau terlebih dahulu.
- Hijau melambangkan hijaunya pepohonan, pada saat inilah dasar TKD mulai ditumbuhkembangkan.(mempelajari taeguk 2). Sebelum naik ke sabuk biru biasanya naik ke sabuk hijau strip biru terlebih dahulu.
- Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya,memberi arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.(mempelajari taeguk 4). Sebelum naik sabuk merah biasanya naik ke sabuk biru strip merah terlebih dahulu.
- Merah melambangkan matahari artinya bahwa kita mulai menjadi pedoman bagi orang lain dan mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap dan tindakan kita.(mempelajari taeguk 6). Sebelum naik sabuk hitam, biasanya naik ke sabuk merah strip dua dan merah strip satu dahulu. Maksud dari matahari adalah tingkaran di mana seorang sabuk merah memberi kehangatan atau dalam arti denotasi mulai memberi ilmu atau bimbingan.
- Hitam melambangkan akhir, kedalaman, kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan kegelapan. Hitam memiliki tahapan dari Dan 1 hingga Dan 9. Juga melambangkan alam semesta.
Terminologi Tae Kwon Do
- Sabeum = Instruktur
- Sabeum Nim = Instruktur Kepala
- Seonbae = Senior
- Hubae = Junior
- Tae Kwon Do Junshin = Prinsip Ajaran Tae Kwon Do
- Muknyeom = Meditasi
- Dobok = Seragam Tae Kwon Do
- Ti = Sabuk Latihan
- Oen = Kiri
- Oreon = Kanan
- Joonbi = Siap
- Sijak = Mulai (Tanpa Komando(biasa dilakukan di poomse))
- Kalryeo = Stop
- Keysok = Lanjutkan
- Keuman = Selesai
- A Nee = Tidak
- Yee = Ya
- Eolgol = Sasaran atas
- Moumtong = Sasaran tengah
- Arae = Sasaran bawah
- Kyungrye = hormat
- chariot = mempersiapkan diri
- nici= sekian
- belci ki manisi = tempat istirahat
- menicip = pengawas taekwondo
- dobeon = dua kali
- sambeon = tiga kali
- iljang = satu
- ijang = dua
- samjang = tiga
- sahjang = empat
- ohjang = lima
- yukjang = enam
- chiljang = tujuh
- paljang = delapan
Pukulan, Tendangan, dan Tangkisan
Pukulan
- Yeop Jireugi = Pukulan Samping
- Chi Jireugi = Pukulan Dari Bawah Keatas
- Dolryeo Jireugi = Pukulan Mengait
- Pyojeok Jireugi = Pukulan Dengan Sasaran
- momtong jireugi = pukulan mengarah ke tengah (pukulan mengarah ke ulu hati)
- are jireugi = pukulan ke bawah
- oreon jireugi = pukulan dengan tangan kanan yang dilakukan sambil menendang (ap chagi)
- Eolgol jireugi = pukulan ke atas (pukulan mengarah ke kepala)
- hengek = menunduk
- ap chumbi = siap
Tendangan
- Ap Chagi = Tendangan depan
- Dollyo Chagi = Tendangan setengah melingkar
- Yeop Chagi = Tendangan samping menggunakan pisau kaki
- Dwi Chagi = Tendangan belakang
- Twieo Dwi Chagi = Tendangan belakang yang dilakukan sambil melompat
- Twieo Yeop Chagi = Tendangan samping yang dilakukan sambil melompat
- Goley chagi = Tendangan ganda
- Sip Chagi An Chagi = Tendangan yang dilakukan sambil melompat dan tangkisan aremaki
- Penriyti Chagi = Tendangan keliling.
- Dwi Hurigi = Tendangan berputar melalui belakang.
- Del’o chigi = Tendangan mencangkul ke arah kepala menggunakan tumit
- Aidan dollyo chagi = Tendangan ke arah perut menggunakan kaki depan
Tangkisan
- Aremagi = Tangkisan bawah
- Eolgol Ceceumaki = Tangkisan ke arah kepala
- Bakat Momtong Bakat Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah.
- Bakat Momtong An Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah.
- An Magi = tangkisan dari arah luar.
- Bina Magi an magi = tangkisan yang dimulai dari lengan bawah dan saat masuk ke dalam harus melalui lengan atas.
- An palmok montong bakat magi = tangkisan ke arah lengan bawah
Taijiquan (Hanzi tradisional: 太極拳; bahasa Tionghoa: 太极拳; Pinyin: tàijíquán; Wade-Giles: t’ai4 chi2 ch’üan2), adalah sebuah bentuk seni beladiri dan senam kesehatan aliran halus dari negeri China. Taichi terbagi menjadi berbagai “gaya” yang pada dasarnya berasal dari satu akar dan konsep dasarnya hampir sama, namun bentuk gerakannya berbeda-beda, sehingga menambah khazanah pengetahuan para pecinta Taichi.
Adapun gaya-gaya Taichi yang terkenal adalah gaya Chen, gaya Yang, gaya Sun dan gaya Wu. Yang paling terkenal adalah gaya Yang, gaya ini telah menjadi standar pengajaran Taichi ke seluruh dunia, yaitu lewat sebuah rangkaian gerak yang disebut “Beijing 24 step” atau Senam Taichi gaya 24 langkah yang telah distandardisasi oleh pemerintah Republik Rakyat China (RRC) sebagai bentuk baku untuk mengajarkan Taichi. [1]
Sejarah
Menurut legenda Taichi diciptakan oleh Zhang Sanfeng (di Indonesia dikenal sebagai Thio Sam Hong) seorang pendeta Tao yang hidup di abad ke-12, dan dari ajaran beliau ini kemudian dikembangkan oleh Chen Wangting di abad ke-15. Dari ajaran Chen Wangting inilah lahir Taichi gaya Chen, gaya yang tertua. Gaya Chen ini kemudian dimodifikasi lagi oleh murid-murid di generasi berikutnya, sehingga lahirlah gaya Yang, didirikan oleh Yang Luchan di abad ke-16, gaya Wu oleh Wu Yuxiang di abad ke-17 dan gaya Sun oleh Sun Lutang di abad ke-19.
Senam Taichi kemudian berkembang menjadi bentuk latihan yang digemari, karena memiliki manfaat kesehatan yang baik dan, dengan latihan yang tekun dan sangat mendalam, bisa digunakan untuk pembelaan diri. Oleh karena itu, pemerintah RRC kemudian menciptakan jurus standar untuk pengajaran senam Taichi ini sebagai bagian dari olahraga Wushu , yang dikenal dengan nama 24 langkah Taiji Beijing pada tahun 1956, dan 42 langkah Taiji kompetisi pada tahun 1989. Kedua set standard ini dianggap lebih mudah untuk diajarkan dan ditampilkan daripada jurus tradisional yang lebih panjang dan sulit.
Taiji di Indonesia
Hingga kini, senam Taichi masih menjadi bagian dari pelajaran di berbagai klub wushu dan kungfu di Indonesia. Atlit Wushu Indonesia, Zaenab, berhasil memperoleh medali perunggu di nomor Taichi yang diadakan pada Asian Games 1998 di Bangkok, Thailand.
Selain dikembangkan di klub-klub Wushu, dikembangkan juga senam Taiji di klub-klub khusus Taiji yang tidak menekankan pada kompetisi Wushu, misalnya di klub PORPI (Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia), Klub Taichi Adipranata, dan masih banyak lagi klub-klub lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa Master Taiji yang bersifat independen, yang tidak mendirikan perguruan khusus, tapi mengajarkan kepada beberapa murid tertentu secara personal. Beberapa diantaranya ada yang membuat ulasan di blog, seperti Master Yakso (yang juga seorang Arsitek) di http://yakzone.wordpress.com/ , yang memberikan kontribusi khusus di dunia Tai Chi, tidak saja sebagai senam, tapi sebagai bentuk aslinya, yaitu beladiri aliran lembut.
Wushu (武術 atau 武术; bahasa Tionghoa: wǔshù) secara harafiah berarti “seni bertempur/bela diri”. Ini merupakan istilah yang lebih benar dibanding dengan istilah yang lebih terkenal tapi salah penggunaannya kung fu, yang berarti “ahli” dalam bidang tertentu, tidak hanya terbatas dalam bela diri. Semua kategori Seni bela diri China yang tradisional, keras dan lembut dapat disebut Wushu. Wushu keras termasuk tinju selatan Nanquan dan tinju panjang Changquan. Wushu lembut termasuk tinju Taiji, Telapak Bagua, dan tinju Hsing Yi. Adapun seni beladiri Wushu yang telah dikembangkan oleh etnis China yang menetap di wilayah Asia Tenggara (terutama Indonesia) seringkali disebut dengan istilah Kuntao.
5 Elemen Wushu
- Air: melambangkan kehidupan dan kelembutan, karena air memberi makan tumbuhan dan bentuk air sendiri yang selalu sesuai dengan wadahnya.
- Kayu: melambangkan tulang dan otot, sebagai energi dari kehidupan yang jika terkena api akan mengakibatkan terbentuknya panas sebagai tenaga (otot).
- Api: melambangkan kekuatan dan ketangkasan, memberi nutrisi dari hasil pembakaran yang membuat pembaharuan dalam kemajuan.
- Bumi: melambangkan pertahanan, memberikan tempat bagi berbagai unsur untuk berkembang.
- Logam: melambangkan penggunaan senjata, mengkombinasikan berbagai unsur yang bermanfaat untuk menguasai berbagai senjata yang sangat penting bagi wushu.
Hubungan berbagai unsur dalam wushu adalah air mendinginkan api, api menempah logam, logam memotong kayu, kayu tumbuh dari bumi, bumi mengontrol air. Jadi, semua unsur ini saling berhubungan satu sama lain.
Wushu di Indonesia
Wushu di Indonesia mulai diresmikam atau mulai menjadi organisasi olah raga yang terdaftar di KONI adalah pada tanggal 10 November 1992, dan untuk pertama kali berpartisipasi di SEA GAMES Singapura tahun 1993. Bapak IGK Manila adalah seorang tokoh berdirinya wushu Indonesia
Xingyiquan adalah ilmu bela diri Tiongkok yang menggabungkan filosofi Wu Xing (lima elemen) ke dalam jurus-jurusnya.[1]Xingyi adalah ilmu bela diri tertua di antara tiga ilmu bela diri neijia (lainnya adalah Baguazhang dan Taijiquan).[1][2] Pada zaman dahulu Xingyiquan juga disebut Xin Yi Liu He Quan (terjemahan lepas: Jurus (pukulan) Enam Keharmonian Hati dan Pikiran).[2] Mempunyai dua belas gerakan yang berasal dari binatang, yaitu naga, macan, monyet, kuda, buaya, ayam jago, burung elang, burung swallow, burung rajawali, beruang dan roc (binatang legenda).[1]
Pembentukan jurus ini terikait dengan Jendral Yue Fei(1103-1141) biarpun tidak ada data tertulis mengenai hal ini.[2] Sedangkan pengembangannya dilakukan oleh Ji Long Feng, seorang petarung dari Dinasti Ming yang terkenal akan kemahirannya memainkan tombak.[1]
WAWASAN BELADIRI 1
Aikido (Bahasa Jepang: 合気道, aikidō) adalah salah satu seni beladiri asal Jepang yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei), yang banyak bagiannya berasal dari ilmu beladiri Daito Ryu Aiki-Jujutsu.[1] Daito Ryu Aiki-Jujutsu diciptakan pada era modernisasi Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an.
Pengajaran Aikido saat ini telah dapat ditemukan di seluruh belahan dunia dan dalam beberapa aliran, dengan penafsiran dan penekanan yang berbeda-beda atas ajaran Ueshiba. Namun, kesemuanya tetap mewarisi berbagi teknik yang sama, dan sebagian besar tetap mempertahankan keperdulian terhadap aspek keselamatan bagi pihak yang menyerang.
Sejarah
Morihei Ueshiba, penemu Aikido.
Aikido diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai ousensei 大先生、翁先生 ” guru besar”),[2] yang diformulasikannya sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an. Ueshiba menyusun dan mengembangkan Aikido dari berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama)[3] menjadi suatu seni beladiri yang unik.[1] Dojo pertama Aikido didirikan di Tokyo dan saat ini masih ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo.
Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai perpaduan seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal.[4] Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia. Ueshiba meninggal pada tanggal 26 April 1969 karena penyakit kanker,[5] namun Aikido tetap berkembang pesat setelah kematiannya.
Etimologi dan filsafat
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata “aikido” berasal dari tiga huruf kanji:
Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.[6] Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi “mengarahkan” serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan.
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan.[3] Sementara teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan. Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki, membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum Aikido dapat golongkan sebagai beladiri kuncian dan pergumulan (Inggris: grappling).[3]
Dalam Aikido ini juga tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, seperti beladiri-beladiri lainnya. Namun sistem kompetisinya lebih bersifat embukai (peragaan teknik).
Aikido juga mendapatkan pengaruh dari seni beladiri tradisional Jepang Kenjutsu[6] dan Jujutsu. Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah langkah kaki. Sedangkan pengaruh Jujutsu tampak dalam penggunaan teknik kuncian dan lemparan.
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang “teknik” (Inggris: style) yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya. Aliran Nisyo misalnya lebih menekankan style teknik-tekniknya kepada pedang (bokken) dan tongkat (jo). Sedangkan aliran Iwama[7] lebih menekankan teknik-tekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage).
Sistem tingkatan
tingkat | sabuk | warna | tipe |
---|---|---|---|
kyū | putih | mudansha | |
shodan | hitam | yūdansha |
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi Aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu (mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula dojo yang menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama.[6] Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
SUMBER : WWW.VCDBELADIRI.WORDPRESS.COM
BY : Bp. GENDING RASPUZI S.H